PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH Oleh MASNI WILUJENG CGP Angkatan 4 Kabupaten Probolinggo

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Sebagai seorang pendidik, kita memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur, memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Sementara itu, sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi peserta didik dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter peserta didik dapat tumbuh dengan baik. Peserta didik akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan berjalan kurang maksimal..
Untuk itu seorang pendidik harus dapat menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah dengan mengajak peserta didik untuk menyepakati keyakinan kelas bersama. Mengetahui kebutuhan dasar peserta didik dan memposisikan control diri sebagai seorang manager yang mempersilakan peserta didik mempertanggungjawabkan perilakunya serta mendukung peserta didik agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Setelah itu pendidik dapat menerapkan restitusi dalam membimbing peserta didik berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.
Pada dasarnya budaya positif yang diterapkan bertujuan untuk mencapai visi dari seorang guru penggerak, dimana visi penulis sebagai seorang guru penggerak adalah ” Terwujudnya insan yang berkarakter sesuai profil pancasila,menguasai IPTEK mampu menghadapi tantangan di abad 21.” Dan untuk mencapai visi tersebut, saya bersama peserta didik mencoba untuk menerapkan budaya positif dalam aktivitas sehari-hari kami melalui pembuatan keyakinan kelas bersama,
.Tujuan dari kegiatan ini adalah Terciptanya budaya postif dikelas dan dalam pembelajaran, Memberi kebebasan murid saat belajar sesuai kesepakatan, terciptanya suasana belajar yang berpihak pada murid, Menumbuhkan sikap tanggung jawab, komitmen dan teguh pendirian, Melatih sikap kolaborasi dan komunikasi antar murid, Menumbuhkan karakter baik pada diri murid.
Peran penulis dalam mewujudkan budaya positif di sekolah adalah mewujudkan kepemipinan murid yang mempunyai karakter pelajar pancasila. Berpihak kepada anak melalui disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, restitusi dan segitiga restitusi. sebagai CGP secara mandiri penulis menggerakkan komunitas praktisi di sekolah penulis, mendorong kolaborasi antar guru untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Sebelum melakukan aksi nyata penulis membuka sesi sharing terkait materi budaya positif di sekolah dengan menjadi coach bagi teman- teman guru
Tahahapan kegiatan dalam penerapan budaya positif :
Tahap I Sosialisasi
Teman Sejawat di sekolah
Sosialisasi dengan teman sejawat dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Januari 2022 di ruang kelas 8 F. SMPN 1 Kraksaan. Waktu pelaksanaan dimulai pukul 09.00 – 10.30. Peserta berjumlah 10 orang. Bertindak sebagai moderator Yusnita dan bertindak sebagai Notulen Fitria Puji Lestari. Ada beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh peserta diantaranya; Apa perbedaan keyakinan kelas dan tata tertib, Apakah guru harus selalau berperan sebagai manajer,dan Apakah dalam menerapkan segitia restitusi harus dengan membuat keyakinan kelas.Kegiatan diakhiri dngan pembacaan notulen Kegiatan dapat diakses di https://youtu.be/sGFV_WVIRww

Teman Sejawat di MGBK.
Sosialisasi di MGBK dilaksanakan Kamis 20 Januari 2022 di SMPN 2 Dringu kabupaten Probolinggo.Waktu pelaksanaan dimulai pukul 09.00- 10.30 WIB. Peserta berumlah 33 orang.Peserta sangat antusias karena materi budaya positif sangat berkaitan dengan kegiatan bimbingan dan konseling.Kegiatan ini dapat di akses di https://youtu.be/QkZasn3I6dI

Tahap II Membuat Keyakinan Kelas bersama dengan peserta didik
Membuat Keyakinan Kelas bersama dengan peserta didik kelas 8F SMPN I Kraksaan Kab. Probolinggo.. Kegiatan ini dilaksanakan Kamis 6, Januari 2022 di kelas 8F. Waktu Pelaksanaan jam 09.30-11.00. Peserta berjumlah 18 Orang. Hasil dari Keyakinan Kelas :
Menghargai guru teman, dan seluruh warga di sekolah dan dirina sendiri
Peduli dengan kebersihan lingkungan  
Bekerjasama dengan orang lain dengan baik
Menjaga ketertiban sekolah
Membuat keyakinan kelas hanya dilakukan di kelas 8 F karena waktunya yang terbatas.Hal ini menjadikan protes walikelas lainnya untuk membuat keyakinan kelas, sehingga masih diagendakan lagi untuk kelas lainnya.Kegiatan ini dapat diakses di https://youtu.be/sGFV_WVIRww

Tahap III. Peserta melaksanakan keyakinan kelas sesuai dengan keyakinan kelas yang dibuat. Kegiatan ini dilaksanankan dalam proses, namun ada beberapa hal yang selama ini sudah terlaksana diantaranya: Bekerja sama dalam kegiatan kelompok belajar, Bimbngan Kelompok, Program di hari Jumat JUTAWAN BERHATI MULIA, Membuang sampah pada tempatnya dst.
Kegiatan aksi nyata ini dilaksanakan dengan dukungan sepenuhnya dari Kepala sekolah berserta semua staf dan teman sejawat di sekolah, teman sejawat di MGBK.dan peserta didik di SMPNI Kraksaan. Budaya positif sangat penting diterapkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar anak. Sebagai seorang guru harus mengetahui bagaimana pemecahan sebuah masalah yang berpihak kepada anak. terutama untuk penulis yang kebetulan mempunyai bertugas sebagai guru Bimbingan dan Konseling, budaya positif sangat membantu penulis dalam membuat program- program terkait bimbingan belajar, bimbingan Pribadi, Bimbingan sosial dan Bimbingan Karier guna mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.